NGENTOT WANITA GILA

Sudah menjadi kebiasaanku , bila sedang libur aku selalu melakukan kegiatan bersepeda  berkeliling kampung. Rute yang kuambil biasanya menyusuri pinggiran irigasi, masuk ke pelosok kampung, dan menjelajahi daerah-daerah yang sebelumnya belum pernah kulalui.

Kali ini pun aku melakukan hal yang sama. Aku berangkat dari rumah sekitar jam 8 pagi. Dengan kayuhan yang santai aku menelusuri jalan desa. Aku menuju kampumg Poris. Hanya dalam waktu 15 menit aku sampai di sana.

Kampung Poris adalah sebuah perkampungan yang masih alami. Penduduknya mayoritas petani. Rumah-rumah pun masih berjarak satu sama lain. Bahkan kebanyakan diselingi oleh lahan perkebunan atau lahan kosong.  Selebihnya, lahan persawahan menghampar di mana-mana, terutama di bagian utara kampung tersebut.

Di sebelah utara Kampung Poris mengalir air irigasi yang mengairi persawahan wilayah tersebut. Di sisi kanan dan kirinya dibatasi oleh tanggul. Tanggul sisi kiri merupakan jalan yang cukup lebar, bisa dilewati oleh kendaraan besar. Sedangkan sisi kanannya hanyalah tanggul yang agak sempit, tapi masih cukup bisa dilewati oleh mobil colt buntung.

Sebuah jembatan membentang melintasi irigasi tersebut. Di seberang jembatan ada dua-tiga warung makanan. Dan aku selalu mampir dulu di salah satu warung itu untuk mengisi perut dan menikmati suasana alam pedesaan.

Dan kali ini pun aku sudah berada di salah warung yang kumaksud. Aku minta es teh manis. Segar rasanya saat kuteguk. Diselingi dengan kudapan makanan lain: goreng pisang dan goreng ubi. Sambil tak henti-hentinya mataku memandang ke setiap penjuru alam yang terbentang di depan mata. Dari kejauhan tampak pegunungan yang biru dengan awan-awan tipis seperti kapas yang tercerai berai. Angin sepoi-sepoi berhembus menerpa tubuhku terasa begitu sejuk. Indah dan damai sekali rasanya.

Ketika aku sedang asyik-asyiknya memandang alam semesta, dari kejauhan lamat-lamat aku melihat sesuatu yang bergerak mendekat, menyusuri tanggul irigasi sisi kanan. Warnannya samar. Lama-lama kecoklatan. Jelas itu orang yang sedang berjalan. Semakin mendekat semakin jelas. Ternyata orang itu dalam keadaan telanjang. Hanya saja aku belum tahu apakah laki-laki atau perempuan. Dan ketika jarak orang itu sekitar 200 meter dari posisiku, aku baru tahu kalau dia seorang perempuan. Dia orang gila rupanya.

Tiba-tiba saja berkelebat dalam pikiranku, aku ingin sekali melihat bentuk tubuh wanita telanjang secara nyata. Karena selama ini aku hanya berkhayal saja tentang hal-hal itu. Maka, segera kuputuskan untuk melihat wanita itu dari jarak dekat.

Setelah membayar dan membungkus beberapa makanan untuk bekal, aku segera naik sepeda lagi. Aku menggoes pedal sepeda, mengejar wanita itu. Hanya dalam tempo beberapa detik aku sudah berada di belakangnya. Kesempatan ini kugunakan untuk menikmati lekuk tubuh wanita gila itu dari belakang. Sepedaku kukayuh secara perlahan. Kuamati dari ujung rambut, pinggul, dan pantat. Rambutnya ikal kusut. Pinggulnya berlekuk. Dan pantatnya padat montok. Kupandangi terus dari belakang sampai puas.

Kemudian aku mempercepat kayuhanku melewati wanita gila itu hingga kurang lebih 200 meter. Setelah itu aku berbalik. Kukayuh sepedaku dengan pelan. Dalam keadaan berhadapan begini, aku melihat bentuk wanita telanjang itu dari depan. Semakin dekat semakin jelas. Semakin jelas. Dan semakin jelas. Kuamati mulai dari wajahnya. Aku melihat goresan wajah yang lumayan. Kalau tidak dalam keadaan begini pasti cantik. Turun ke bawah, kedua buah dadanya menggelayut dan  kayaknya masih padat. Ukurannya lumayan montok. Puting susunya kurang lebih sebesar buah leunca. Turun lagi ke bawah, ke arah memeknya. Bulu-bulu hitam tumbuh lebat tidak beraturan, menutupi lubang impian. Meskipun kondisi tubuhnya kotor oleh debu, namun sedap juga dipandang mata. Apalagi bila sudah dibersihkan.

Tidak hanya cukup sekali. Aku bolak-balik sampai tiga kali mengamati bagian depan tubuh wanita gila itu. Kalau saja dia sadar, mungkin akan bertanya, mengapa aku bolak-balik terus melewatinya.
Tiba di suatu tempat, wanita gila itu berhenti. Di situ ada rumpunan tanaman. Dan wanita itu berteduh di bawah rumpun tanaman tersebut. Aku pun berhenti. Bingung. Apa lagi yang harus kulakukan?

Tiba-tiba saja timbul ide di otakku. Aku menggoes lagi sepedaku. Ketika sampai di depan wanita gila itu, kusodorkan goreng pisang yang kubawa.

“Nih,” kataku. Wanita itu kelihatan ragu. Tetapi kemudian menerimanya dan terus memakannya. Aku mengambil jarak sedikit ke belakang wanita itu. Sepeda kubaringkan di rumput. Aku mengendap di balik rumpun, mengawasi perempuan itu.

Goreng pisang pun habis dilahapnya. Kukeluarkan lagi goreng pisang berikutnya.

“Lagi?” tanyaku. Perempuan itu kaget rupanya. Ia menoleh dan memandangku. Kuacungkan goreng pisang tadi. Perempuan itu menghampiriku. Ia mengambil goreng pisang itu dari tanganku. Dan kini kami berdekatan. Benar-benar dekat. Dan rupanya ia cukup jinak.

Goreng pisang pun segera dimakannya. Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Bungkusan gorengan segera kuletakkan di atas rumput supaya wanita  itu dapat mengambil semaunya. Dan memang begitu, ia makan gorengan itu sambung-menyambung. Sementara aku mulai melancarkan seranganku. Ketika perempuan gila itu sedang asyik makan, tanganku mulai bergerilya. Meski dengan jantung yang berdegup tidak beraturan dan tangan gemetar, aku mulai mengelus-elus bahunya. Ia tidak menunjukkan reaksi karena mungkin sedang asyik dengan makanannya. Maka, tanganku pun mulai pindah menjamah payudaranya yang mangkel. Pertama yang kanan kuelus-elus. Putingnya kupilin-pilin. Pindah ke yang kiri. Sama begitu. Dan kemudian kedua-duanya. Kuremas-remas. Kupilin-pilin. Hingga akhirnya perempuan itu pun mulai menggelinjang dan mendesah-desah.

Tepat di samping rumpun ini adalah saluran air tersier. Airnya tampak begitu jernih.
Perempuan gila itu segera kutuntun, kubawa turun ke saluran air itu. Bagaikan kerbau yang dicocok hidung, ia hanya mengikuti saja. Kami pun sudah berada di air. Segera kubasahi seluruh tubuhnya.
Kemudian kugosok-gosok dengan kedua tanganku untuk menghilangkan kotoran yang menempel. Lumayan luntur juga daki-daki lengket itu. Sekarang tubuhnya mulai agak bersih. Dan wajahnya pun mulai kelihatan agak  cantik.

Kuremas-remas lagi buah dadanya dengan posisi aku berada di belakangnya. Kuciumi leher dan bagian belakang telinganya. Ia merem melek. Demikian juga aku. Baru kali ini aku melakukan hal seperti ini.
Kulepas semua pakaianku, kutaruh di tanggul. Sekarang kami sama-sama dalam keadaan bugil.

Kembali aku menggosok seluruh badannya supaya tambah bersih dan juga di bagian wajahnya. Semakin bersih semakin kelihatan keindahannya. Semakin terangsang aku dibuatnya. Batang penisku sudah lama mengeras, tegak mengacung sejak tadi.

Aku memeluknya dari belakang. Kedua tanganku kembali meremas-remas kedua payudaranya sambil mulutku menciumi batang lehernya. Sementara penisku menempel pada pantatnya yang montok. Kemudian mulutku turun menjamah payudaranya yang sebelah kanan. Kumainkan puting susunya dengan lidahku. Sementara tangan kananku mempermainkan payudaranya yang sebelah kiri. Kemudian giliran. Payudara kirinya kuemut, yang kanannya kupermainkan. Setelah itu, kupermainkan kedua payudaranya dari depan. Kuremas-remas lagi. Kupilin-pilin putingnya. Kuemut juga. Si perempuan itu hanya menggeliat-geliat dan mendesah menikmati permainanku ini.

Dari tadi batang penisku terus berdiri tegak. Kali ini untuk pertama kalinya aku ingin mencoba memasukkannya ke lubang yang namanya memek. Maka, segera kusenderkan si wanita itu ke sisi tanggul. Dan ia hanya pasrah. Selanjutnya, kucoba meraba-raba memeknya. Bulu-bulunya lebat sekali, mungkin karena tidak tumbuh tidak terawat. Akhirnya, aku dapat juga meraba belahan memeknya itu. Kuselipkan jari tengahku ke celah memeknya itu. Lalu kucoba mencoloknya dengan ujung jariku itu, seperti halnya mencolok-colok lubang belut. Dan, baru kali inilah aku dapat merasakan kekenyalan dan empuknya daging memek.

Kurenggangkan kedua pangkal paha wanita itu. Kuraba lagi memeknya dan kukuakkan supaya lubangnya agak terbuka. Segera batang penisku kuarahkan dan kumasukkan ke lubang kenikmatan tersebut. Sleb! Masuk ujungnya. Perlahan kutekan. Perlahan masuk sedikit demi sedikit. agak seret awalnya. Tetapi kemudian bles masuk semua. Kudiamkan beberapa saat untuk menikmati bagaimana rasanya batang penisku berada dalam lubang vagina. Kupeluk erat wanita itu. Buah dadanya menempel rapat di dadaku. Kenyal dan nikmat.

Kemudian kutarik batang penisku, keluar setengahnya. Kamasukkan lagi. Kutarik, kumasukkan lagi. Secara bertahap gerakan tarik tekan ini semakin lama semakin cepat. Dan semakin cepat. Cepat. Cepat. Dan terus semakin cepat. Hingga si wanita itu meregang-regang, menggeliat. Dan setengah menjerit ia memelukku dengan erat. Kurasakan ada cairan licin yang merendam batang penisku di dalam memeknya. Dan ia tampak terkulai lemas.

Kukeluarkan batang kemaluanku. Kududukkan wanita itu supaya posisinya lebih rendah dari yang tadi. Ia duduk di batu yang ada di dasar kali. Posisi tubuhnya bersandar agak miring ke dinding tanggul. Kuletakkan batang penisku di antara  kedua belah payudaranya. Kedua tanganku memegang kedua payudaranya itu supaya menghimpit batang penisku. Setelah dalam keadaan terjepit, segera kudorong dan kutarik maju mundur batang penisku itu di dalam himpitan buah dadanya. Semakin cepat. Semakin cepat. Semakin cepat. Keteganganku mencapai puncaknya. Hingga aku tak tahan lagi menahan dorongan yang kuat di dalam batang penisku. Hingga akhirnya, croooot.....! Cairan kental muncrat dari mulut penisku. Menyembur ke wajah wanita itu hingga ia berlumuran lendir. Nikmat sekali rasanya. Aku benar-benar merasakan kepuasan yang luar biasa. Belum pernah aku merasakan hal seperti ini. Dan aku pun terkulai lemas. Kudekap wanita itu. Seolah-olah aku tak ingin kehilangan kenikmatan ini lagi. Kurasakan kekenyalan dan kepadatan payudaranya menempel di dadaku. Kurasakan batang penisku menempel bersentuhan dengan belahan vaginanya.

Blog, Updated at: 05.12

Kategori

Daftar isi