Ibu dan Anak Pungutnya

Rian demikian nama anak itu. Dia entah anak siapa. Jelasnya, dia dipungut oleh Bu Renggo, ketika melihat anak ityu tidur di kaki lima, tempat Bu Renggo selalu menjual batiknya. Orang memanggilnya Bu Renggo perempuan yang tak pernah menikah dan sudah berusia 44 tahun. Kata orang, dia pernah patah hati, hingga dia tidak mau menikah lagi. Wajahnya yang manis, berkulit sawo matang, langsing dan dia membatik sendiri
dengan menulis batik dengan kreasinya sendiri. Mulanya orang menertawakan batiknya yang menurut t eman-temannya sangat aneh. Bu Rengo diam saja, karena dia pernah diajari melukis oleh pamannya, Bu Renggo mengkreasikan lukisannya justru ke atas kain sebagai kreasinya sendiri. Tak ada satupun batimnya yang bersamaan motifnya. Setiap lembar batik, pasti berbeda dengan batik lain yang ditulisnya.

Seorang kaya saat membeli batiknya tertarik para tulisnya dan mebeli batiknya dengan harga mahal. Mulailah mata teman-temannya pedagang batik yang banyak menyusun batiknya di kaki lima itu terbeliak. Bu Renggo pun memiliki pelangan tersendiri. Pagi itu dia melihat seorang anak laki-laki tergeletak lemah di kaki lima yang biasa dia pakai untuk berjualan. Kemudian anak itu dia beri makan dan dia urus. Dia paun memberi nama anak itu Rian, berusia berkisar 14 tahun. Sejak Rian bersamanya, menurut perasaannya Batiknya laris manis. Orang-orang pun mengatakan, Rian pembawa rezeki padanya, walau sebenarnya Bu Rengo sendiri itu tidak demikian benar, tapi motf batioknya yang unit itulah yang membuatnya laris manis.

Rian dibawa pulang. Dalam tas Rian yang selalu didekapnya dengan erat, diketahui, kalau Rian berasal dari Kalimantan. Bu Renggo pun tak mau menanyainya, sebab bila ditanyai, Rian selalu berlinang airmatanya. Bu Renggo membersihkan diri Rian, membawanya berobat ke dokter, sampai akhirnya Rian menjadi anak yang sehat dalam waktu 5 bulan. Bersih dan rapi, serta rajin membantu Bu Renggo berjualan.

Pada saat Rian berusia 16 tahun, tubuhnya yang tinggi dan putih, sehat dan rajin itu dibelikan sepeda motor bekas yang masih sehat dan Rian mulai belajar naik sepeda motor. Kemudian diuruskan SIM-nya. Sejak itu Rian semakin bergairah, mungkin orangtuanya sendiri tidak memperlakukannya demikian. Rian pintar pula membawa diri dan suaranya selalu menja bila memanggil Bu Renggo Mama. Jarang Rian disuruh mengerjakan sesuatu, Rian sudah mengerjakan apa yang sepatutnya dia kerjakan. Orang-orang pun memuji-muji keberuntungan Bu Renggo, karena sebelum Bu Renggo mengambil Rian jadi anak pungutnya, orang-orang disekitar kaki lima itu demikian pkasar pada Rian. Bahkan ada yang menghardik serta mengatakan kepada Bu Renggo agar dia diusir saja.

Sewaktu Rian berbelanja, tiba-tiba saja ada sepeda motor yang bertabrakan di kaki lima tempat Bu Rengo jualan. Salah satu sepeda motor itu terpental dan mengenai Bu Renggo. Salah satu tulang rusuk Bu Renggo dinyatakan retak dan harus dirawat intensif di Rumah sakit. Beramai-ramai sesama pedagang menyelamatkan Bu Renggo dan menyelamatkan dagangannya. Saat Rian pulang dia sangat terkejut dan menangis mengetahui Mama-nya cedera. Cepat dia ke rumah sakit dan ikut merawat Mama kesayangannya itu.

Pagi-pagi sekali Rian sudah membawa nasi ke rumah sakit, kemudian dia buka dagangan di kaki lima dan berjualan. Hasilnya lumayan juga, karena Rian mengetahui berapa harga yang harus dia jual. Ketika pelanggannya bertanya, Rian mengatakan Mamanya cedera dan dirawat di rumah sakit. Banyak juga pelanggannya yang datang membesuknya.

Semingu di rumah sakit, Bu Rengo diperbolehkan berobat jalan, tapi tak boleh bekerja keras dulu. Rian selalu menuntun Mamanya. Menggendongnya, memapahnya dan memeluknya, dika mau ke kamar mandi. Bahkan Membukakan daster Bu Rengo, ketika Bu Renggo mau pipis. Berdesir darah Rian menyaksikan paha mulus dan kemaluan Bu Rengo dengan bulu yang terawat rapi. Bu Rengo tersenyum malu ketika di amengatahui anaknya Rian melihat kemaluannya. Paling membuatnya malu, saat Rian langsung menyeboki Bu Renggo dan tangannya mengelus vaginanya, karena sebelah tangan Bu Renggo belum bisa diangkat.

Sore saat Rian baru pulang dari jualan, dia memapah ibunya ke kamar mandi setelah memanaskan air.
"NGapain ke kamar mandi, sayang?" kata Bu Renggo.
"Mama harus mandi. Tak boleh dilap saja. Saya sudah masak air panas untuk mandi mama," kata Rian. Terenyuh juga Bu Renggo mendengarnya. Sesampainya di kamar mandi Bu Renggo sangat terperanjat, ketika Rian memaksa membukakan dasternya. Blur... di balik daster uitu, ternyata Bu Rengo tidak memakai apa-apa. Dia tertunduk malu. Saat itu Rian menyirami tubuh Bu Renggo dengan air hangat, membuat dioa merasa segar. Rian menyabuni Mamanya. Dan... sabun sudah disapukan ke bagian kemaluannya. Jembutnya sudah dibalut busa sabun. Alangkah gelinya saat jari-jari Rian berada di celah-celah kemaluannya.

Bu R engo dihanduki, kemudian dipakaikan daster, tanpa pakaian apapun di dalamnya. Bu Rengo dituntun kembali ke ruang tamu. Tapi begitu lewat pintu kamar mandi, Rian justru menggendong mamanya. Setelah duduk di kursi, Rian mencium pipi Bu Rengo dengan kasih sayang. Saat itu air mata Bu Renggo menetes di pipinya. Tak ada manusia mana pun yang pernah dirasakannya menyayangi dirinya seperti Rian menyayanginya.

Usai makan malam, Dengan tangan sebelah kanan, Bu Renggo membatik di temani oleh Rian.
"Kamu baik sekali, Nak" Bu Renggo seperti berbisik.
"Mama yang lebih baik. Kalau Mama tidak mengangkatku jadi anak, mungkin aku sudah mati kelaparan atau jadi gelandangan," kata Rian.
"Hussshhh... Kamu tidak boleh berkata begitu."

Sejenak hening dan tangan Bu Renggo demikian cekatan menari-nari dengan chating-nya untuk membatik.
"Mama... apa mama tidak pernah kawin?" tanya Rian takut-takut. Bu Rengo menoleh menatap Rian. Menatap wajah Rian, kemudian cepat dia tersenyum, karena dia melihat wajah Rian seperti ketakutan.
"Mama pernah dikecewakan laki-laki, Nak. Mama tidak percaya lagi kepada laki-laki."
"Maaf, Ma. Kalau begitu, Rioan sudah siap. Besok Rian akan pergi dari rumah ini," kata Rian tertunduk.
"Kenapa?"
"Apa artinya Rian di bersama Mama, kalau mama tidak percaya pada laki-laki. "Kan Rian Laki-laki Ma?"
"Kamu pengecualian, Nak. Sebab kamu anak Mama."
Hening.
"Mama sangat menyayangimu, Nak."
"Rian juga, Ma. Tapi apa mama tidak punya niat untuk kawin?"
Kembali hening. Bu Renggo kembali menatap Rian. Pandangan mereka beradu. Cepat Bu Rengo menarik Rian dan memeluknya, lalu menyandarkan kepalanya di bahu anaknya itu. Saat Bu Renggo memeluk Rian, Rian merasakan ada sesuatru yang kenyal. Buah dada Bu Renggo demikian menyatu dengan dadanya. Dia balas memeluk Mamanya. Saat itu Bu Renggo merasakan ada sesuatu yang bergerak-gerak di antara pangkal paha anaknya itu. Bu Rengo tau, kalau itu adalah penis anaknya. Dia sadar, kalau anaknya itu sudah remaja. Sudah 16 tahun. Dengan cermat dia mendengar nafas anaknya itu memburu.

"Kamu sudah dewasa, Nak."
"Apa benar, Ma?"
"Ya. Apa yang kamu rasakan tadi, ketika kamu memandikan mama dalam keadaan telanjang bulat?" Rian diam tak menjawab.
"Mama harap kamu mau jujur dan mamam tidak akan marah."
"Maa...."
"Ayo ada apa sayang?"
"RIan mjenginginkan...nya, Ma." Lalu Rian tertunduk. Jawaban yang snagat jujur dan tulus bathin Bu Renggo. Dia sangat menghargai ucapan anaknya itu.
"Rian minta maaf Ma."
"Tidak sayang. Kamu telah menjawab dengan jujur dan tulus. Mama sangat menghargainya. Tapi, Mama kan sudah tua sayang?"
"Rian mencintai Mama...."
Bu Rengo tersenyum. Malam terus merangkak, Rian sudah mengantuk dan Bu Rengo mengerti itu. Dia minta semua alat batiknya dikembalikan ke tempatnya. Rian pun menuntun Bu Renggo berdiri, kemudian membopongnya ke dalam kamar. Saat itulah pula Bu Renggo memeluknya dengan kuat hingga buah dadanya, demikian rapat dengan dada Rian, walau keduanya dipisahkan dengan pakaian mereka. Tapi getar-getarnya bukan saja dirasakan oleh Rian, juga oleh Bu Renggo.

Bu Rengo ditidurkan di tempat tidurnya, kemudian diselimuti.
"Ma, boleh Rian tidur di samping Mama?" Tanya Rian. Bu Renggo tidak menjawabnya dengan kata-kata, melainkan dengan seulas senyum manis.
Lampu ruang tami dipadamkan, lampu tidur diterangi cahaya 5 watt dan pintu kamar terkunci sudah.

Blog, Updated at: 10.21

Kategori

Daftar isi