Seorang Nenek

Hiiii... Lucu rasanya menceritakannya, demikian Nek Mala memulai ceritanya, saat aku memergokinya bersetubuh dengan mahasiswa PKL itu. Aku ikut tersenyum. Kenapa tidak, karena nenek ini sudah berusia 58 tahun. Pembuat jamu dan ahli sebagai tukang pijat di desa kami. Nek Mala memang lucu. Jika bercerita, dia suka tertawa dan menutup mulutnya.

"Suah ah... kok diceritakan. Kan kamu sudah lihat sendiri,"katanya. Tapi aku terus mendesaknya. Kami bercerita di tepi sungai kecil berair dangkal dan jernih di desa itu.
"Besok, ah. Besok kami janji lagi. Kamu boleh mengintip," katanya genit. Mungkin inilah puber ke tiga atau puber ke empat mungkin. Tapi akhirnya dia bercerita juga.

Sudah lama Nek Mala melihat pemuda itu. Namanya Agus umurnya 22 tahun sedang Praktek Kerja Lapangan (PKL)Dari fakultas Pertanian Universitas **** *******. Putih, ganteng dan tinggi, suka bermain volli dengan pemuda-pemuda desa, juga bermain bola kaki. .Saat bermain bola kaki itulah kakinya terkilir. Teman-temannya mengantarkan Agus ke gubuk nek Mala. Agus meringis dan bisa berjalan, justru di bonceng naik sepeda. Pucuk dicinta, Ulam tiba. Anak ganteng itu sudah berada di rumahnya. Setelah bertanya, terkilir di kaki Agus ternyata uratnya merembet ke pangkal pahanya yang membengkak. Nek Mala semakin gembira. Dia suruh Agus memakai kain sarungnya dan sekalian kolornya, agar tak terkena minyak urut. Mulanya Agus bertanya juga, tapi akhirnya mengikut. Teman-teman Agus pun kembali bermain dan berjanji akan menjemputnya seusai main bola.

Agus menjerit ketika kakinya yang terkilir di pijat. Sakit bukan kepalang. Nek Mala tak perduli, dia terus memijatnya sampai bengkak yang secara cepat itu kembali mengembis. Agus menjerit-jerit, malah ditertawai teman-temannya. Ketika ditanya teman-temannya, Nek Mala mengatakan, satu jam lagi selesai. Mereka pergi lagi. Sepuluh menit kemudian pijatan pada pergelangan kaki itu selesai.

Nek Mala memolesi minyak urut ke pahanya dan lututnya. Paha terus diurut dengan kuat, Agus kembali meringis, walau tidak sesakit di pergelangan kakinya. Setelah yakin urat-uratnya membaik, Nek Mala terus memijat, tepatnya mengelus-elus paha Agus sampai pe pangkal dan sesekali mengelus peler Agus. Kain sarung terus meninggi dan disengaja demikian. Elusan itu, membuat Agus menjadi nikmat.
"Bagaimana, kalau ini, tidak sakit kan. Malah enak kan. Tapi memang harus begini," kata Nek Mala. Agus tersenyum, keenakan. Malah tangan Nek Mala sudah mengelus-elus kontol Agus. MInyak urut itu dilumuri terus ke kontol Agus.
:Kalau tidak diurut, nanti bisa bahaya, Malah mati tak mau bangkit," kata Nek Mala menakut-nakuti. Sebenarnya memek Nek Mala sudah kembat-kembut dan hasratnya sudah mulai meminta. Agus pasrah saja, kontolnya diurut sampau tegang. Setelah melihat kiri kanan, Nek Mala pun menaikan sarung. Agus yang sudah menutup matanya dan Nek Mala tersenyum. Dengan cepat Nek Mala mengangkangi tubuh Agus dan mengangkat kain sarungnya sendiri dan mengarahkan kontol Agus ke lubang memeknya dan menekannya. Blesss! Kontol Agus langsung memasuki lubang bememek Nek Mala, karea licik minyak urut itu. Nek Mala menutupi kembali kain sarungnya sampai sebagian tubuh mereka tertutupi. Jika ada orang datang pun tidak akan melihat kalau kontol Agus sudah berada di dalam memek Nek Mala. Nek mala memutaer-mutar pantatnya dan kontol Agus keenakan di dalam memeknya.

"Duh Nek..."
"Duh? Kok Duh. Wong enak kok duh..." Nek Mala terus memutarnya dan Nek Mala merasa enak.
"Sudah mau keluar, Nek."
"Ya keluarin saja.Itu tandanya, urutan nenek, bagus," Nek Mala memuji dirinya sendiri. Dan... sperma Agus pun muncrat berkali-kali. Nek Mala Nekan pantatnya kuat-kuat sampai sperma Agus selesai muncrat. Nek Mala mencabut memeknya dan tersenyum pada Agus. Agus pun melap kontolnya pakai kain sarung. Nek Mala juga melap memeknya pakai kain sarung yang dipakainya, sembari tersenyum-senyum.
Saat kawan-kawannya datang mau menjemput, Nek Agus meminta agar diambilkan tiga lembar daun bakung. Daung bakung itu dilulus pakai bara api di dapur lalu diolesi minya urut, kemudian diikatkan ke kaki terkilir Agus.

"Ya... sudah. Dua hari lagi datang. Biar cepat sembuh," kata Nek Mala sembari tersenyum. Agus memakai pakaiannya dan emnyalami Nek Mala dan berjanji datang lagi. Begitu Agus pergi, Aku pun datang menemui Nek Mala dan mengancamnya akan melaporkan kepda kepala desa. Nek Mala tersenyum saja. Dia tidak takut. Walau mengakui dia bersetubuh denganAgus.
"Siap ayang mau percaya aku sudah tua, mau gituan. Laporin saja, nanti kamu yang dikemplang orang," katanya malah mengancam aku. Besoknya aku datang lagi, au mendengarkan cerita Nek Mala.

Dua jam sebelum janji, aku sudah datang. Kami bercakap-cakap. Kelihatanlah Agus berjalan masih tertatih-tatih menuju rumah Nek Mala. Nek Mala menhyuruh aku bersembunyi di kamar tidurnya. Walau kamarnya Nek Mala yang Janda dan seorang diri itu, tetap tertata rapi dan bersih. Berdinding bambu anyaman. Banyak celah tempat mengintip. Agus pun masuk dan langsung disodori kain sarung yang bersih. Nek Mala memintanya terlentang.
"Pijatnya sampai seperti kemarin juga kan, Nek?" kata Agus.
"Ya iya, biar nanti anu mu makin bagus, dan isterimu bisa senang," kata Nek Mala berbohong,. Rasanya aku mau tertawa mendengar celoteh nek Mala.
Nek Mala memulai pijatannya dan Agus masih meringis, tapi tidak menjerit. Jeritan Aguslah ketika aku jadi mengintip. Ada 20 menit Nek Mala memijatnya. Kemudian Nek Mla kembali memijat paha Agus. Hanya dua menit, langsung Nek Mala mengelus-elus kontol Agus dan menyingkap kain sarungnya. Hanya sebentar, kontol Agus sudah berdiri. Dengan cepat Nek Mala menaiki dan mengangkangi tubu Agus. Melihat kanan kirisejenak, dia menyingkap kain sarungnya sendiri dan mengarahkan kontol Agus ke dalam memeknya. Lalau memutar-mutar pantatnya berkeliling. Agus kelihatan menutup matanya dan menimatinya. Aku sendiri yang mengintip pun memekku jadi basah.

TIba-tiba saja, Agus duduk dan menarik gtubuh Nek Mala, lalu memutar tubunya dan tubuh Nek Mala sudah berada di bawah. Nampaknmya Agus sudah tak sabar dan dia nampaknya semakin berani. Tubuh Nek Mala di genjotnya dari atas dan Nek Mala terguncang-guncang akibat hentakan tubuh Agus. Lalu tubuh Agus pun mengejang dan mungkin sampai pada titk kenikmatannya. Nek MAla hanya tersenyum-senyum saja didekap pemuda tampan itu. Dasar nenek gatal juga.
"Bagaimana? Enak kan?" rayu Nek Mala.
"Lumayan bagaimana, wong kamu merasa enak, kok."
"Ya sih. Tapi sudah longgar nek."
"Ya iya lah. Namanya juga nenek-nenek. Tapi kamu mau aku kasi yang tidak longgar?"
Wah, gila. Apakah aku yang akan diberikan Nek Mala kepada Agus. Dasar gila. Sebvenarnya sih aku mau saja, karena Agus pemuda ganteng. Wlaau anakku sudah dua, tapi aku jauh lebih cantik dan lebih padat daripada nenek tua ini, bathinku.
"Mau dong," kata AGus.
"Sudah cepat kencing sana." Agus pun pergi ke kamar mandi untuk kencing dan memberishkan kontolnya, aku mengintipnya juga. Agus pun kembali. Nek Mala kembali mengelus kontolnya perlahan. Sepuluh menit, kontol Agus sudah berdiri di lumuri oleh minyak urut. Nek Sumi terlentang di tikar dan Agus menaiki tubuh Nek Mala.
Nek Mala menuntun kontol Agus.
"Nah tekan..." Nek Mala memerintah. Agus menekannya, perlahan dan perlahan. Sampai kontolnya masuk semua.
"Bagaimana, sempit kan? Tidak longgar kan?" kataNek Mala.
"Lo kok bisa nek," tanya Agus.
"La iya. wong lobang pantat," kata Nek Mala. Aku hampir saja tertawa terbahak-bahak tak mampu menhan tawaku. Agus mulai menarik cucduk kontolnya.
"Bagaimana enak mana," tanya nek Mala.
"Enak yang ini, Nek."
Ya Sudah, kapan saja kamu mau, kamu boleh dapat dari nenek," kata Nek Mala.. Aku tersenyu menutup mulutku, takut aku tertawan. Agus pun terus memompa konmtolnya sampai akhirnya dia mengejang dan terkulai. Nek mala cepat menolaknya.
"Nanti orang datang. Malu," katanya. Agus pun kembali ke kamar mandi mencuci kontolnya. Setelah berpakaian, Agus membuk dompetnya mau membayar.

Sudah gak usah. Wong kamu gak punya uang."
"Kapan lagi aku datang?" tanya Agus. Kalau untuk urut kakimu dua hari lagi. Tapi kalau mau ngentot, kapan saja," kata Nek Mala. Aku hampir meledak tawaku.
"Atau masih mau sekarang? Ditambahi,." tanya Nek Mala.
"Apa masih bisa, Nek?"
"Ya bisa saja, asal kamu mau," Kata Nek Mala. Akhirnya Nek Mala yang memulai. Di elus-el;usnya kontiol Agus. Sedikit agak lama. Setelah terasa berdiri, Nek Mala menurunkan celana Agus sampai ke lutut bersama celana dalamnya. Nek Mala pun melamurkan minyak urut ke kontol Agus. ASetelah itu Nek Mala menunggi dan gtangannya menopang meja.
"Sudah mari," Nek Mala menangkap kontol Agus dan mengarahkannya ke lubang pantatnya.
"Udah, ditekan..." kata Nek Mala. Aku hampir meledak tawaku. Agus pun menekan kontolnya dan mulai mencucuk cabutnya.
"Sudah, kamu diap saja. Masukin separoh saja," kata Nek Mala. Agus menurutinya. Lalu Nek Mala bernafas teratur dan Agus kelihatan keenakan.
"Nek.. Aku sudah mau keluar," desah Agus.
"Ya dikeluarkan saja. Gak ada yang larang..."
Akhirnya Agus pun mencabut keontolnya, mungkin klimaks-nya sudah sampai. Nek Mala tersenyum nakal dan mengelur kepala Agus.
"Nduuuuk...nduk. Sudah besaok kalau mau datang lagi," kata Nek Mala. Agus dengan cepat menaikkan celananya dan ngeloyor pergi.

Blog, Updated at: 11.22

Kategori

Daftar isi