Sama-sama Tua (2)

Setelah mandio (bukan membersihkan diri lagi) aku dibopong Handono ke kamar tidur dan aku berganti pakaian. Suanmiku sendirui tak pernah memperlakukan aku seperti ini. Handono memakaikan pakaianku, memanjakanku dengan menyisiri rambutku malah. Dengan piyama yang aku miliki Handono memakainya. Kami makan bedua di ruang makan di belakang. Kami tersenyum-senyum tanpa komentar apa-apa.

"Kenapa kita bisa seperti tadi ya?" aku mengeluarkan kata memecah keheningan, sepertinya aku berkata pada diriku sendiri.
"Tak perlu dipertanyakan. Ya... sudah terjadi, mau apalagi?"
"Tapi kita kan?"
"Ya sudah. Bagaimana caranya menjaga rahasia ini dengan ketat. Tinggal itu saja," katanya. Aku mengangguk. Diciumnya pipiku dan aku dipeluknya, aku pun merebahkan kepalaku di dadany.

"Belum pernah aku merasakan hubungan seks seindah dan senimmat ini," bisiknya ke telingaku. AKu diam saja. Sebenarnya aku juga seperti itu. Aku tak pernah merasakan orgasme seumur hidupku selama ini. Tak pernah aku dimanja seperti ini. Tak pernah aku puji seperti ini. Aku merasakan diriku benar-benar manusia sekarang.

"JIka aku menginginkannya, aku akan kabari kamu via telepon. Sebaliknya kamu juga demikian," buisiknya. Rasanya aku seperti menedapat durian runtuh. Jangankan nanti, sekarang saja aku masih sangat membutuhkannya. Aku ingin orgasme, orgasme, orgasme dan orgasme. Ternyata orgasme itu benar-benar nikmat sekali. Kenapa aku justru menikmatinya setelah usiaku 47 tashun hampir? Kenapa tidak sejak aku menikah dulu?

"Aku ingin sekarang juga..." bisikku manja. Tanpa menungu lama Handono langsung mengecup bibirku dan melumatnya dan aku membalasnya. Kecupan seperti ini, juga untuk pertama aku rasakan. Suami tak pernah melumat bibirku. Jika di butuh, aku diminta telanjang dan menyetubuhiku. Aku pun hamil dan melahirkan anak-anaknya.

Handono membimbingku untuk berdiri dan kembali memelukku serta menciumiku juga melumat lagi bibirku. Tangannya terus bermain, hingga dasterku lepas. bra-ku juga lepas, juyga celana dalamku. Aku benar-benar bugil.

Hanono menuntun tanganku agar aku juga melepas semua pakaiannya, sampai dia juga bugil. Dalam keadaan bugil, kami berlepukan. Handono mengemut dan mempermainkan lidahnya pada tetekku dengan pentil hitam dan besar. Tetekku memang besar dan masih kenyal.
"Tetekmu bagus sekalui," puji Handono. Aku tersenyum.
"Tetek ini, sudah menjadi milikku dan aku akan menghabisinya," katanya geram. Aku diam saja dan menikmatinya. Handono benar-benar mampu mempermainkan teteku, membuat aku sangat nimmat. Sebel;ah tanganya mengelus-elus tempeku. Lalu aku pun dibaringkan di meja makan yang terbuat dari jati pilihan dan sangat kuat.

Handono duduk di kursi dan mengangkangkan kedua kakiku, dia pun menjilati tempeku. Aku sangat risih, kareabn aku tak pernah diperlakukan seperti ini. LIdahnya membuat aku cepat membuncahkan air kental dari dalam tubuhku, mengalir disela-sela tempeku, sampai ke parit duburku.
Ah... berdosaku aku, membiarkan Handono menjilati lendir yang keluar dari tubuhku? Aku mendengar Handono menelan habis lendirku. Oh.....

BUkan hanya tempeku yang dijilatinya, Ingin aku menolak kepalanya, saat ujung lidahnya terasa olehku sedang menjilati lubang duburku. Tapi aku tak mampu menolaknya, karean aku merasakan sebuah sensasi yang demi Tuhan, tak pernah kurasakan selama ini. Hssssstttt.... desisku tak henti-henti. Aku ingin agar hgal ini terus berlangsung salama-lamnya tanpa henti. Aku tak ingin lidah itu berhenti mejilati tempeku dan duburku. Sudah dua kali aku menumpahkan lenidr hangat dari tubuhku, namun lidah itu terus juga menjilatinya. Walau aku sudah lemas, tapi aku sangat menginginkan agar Handono terus melakukanya.

Hup... ada sesuatu. Sebuah benda lebih keras menyusup memasuki tempeku. Ya.. tititnya Handono sudah memenuhi ruang tempeku. Dia menusuk tarik tititnya dalam tempeku. Setiap dia tarik terdengar suara slep. Saat dia tusuk terdengan suara slop. Slep-slop-slep, slop-slep, slop. demikian suara tusuk tariknya. Aku menikmati bukan hanya tusukan titit-nya, juga menikmati suara yang keluar-masuk dari tempeku sendiri.

Aku sudah sangat lemas, tapi aku tak ingin Handono memberhentikan tusuk-tariknya di lubang tempeku. Aku sudah keringat dan aku juga merasakan tetes-tetes keringat yang berjatuhan dari tubuh Handono ke tubuhku.

"Kamu cantik sekali sayang. MUlai hari ini, secara rahasia, kamu adalah isteriku," katanya. Aku tak mampu menjawab, karena aku juga menginginkan paa yang dia ucapkan itu sebenarnya. Aku siap menjaga rahasia ini dengan sekuat mungkin. Aku justru ingin Handono pindah saja ke rumahku, karean rumahku jauh lebih besar dari rumahnya. Aku ingin memberikan pelayanan yang terbaik padanya, melebihi pelayanan yang kuberikan kepada suamiku selama ini. Semua karean aku mendapatkan segala-galanya dari Handono, abang kandungku sendiri.

"Kamu cantik sekali sayang," katanya mengulangi dengan menggenjot tempeku semakin cepat dan kuat, hingga semua bagian tubuhku bergoyang. Terasa demikian kuatnya tusukan tititnya pada tempeku. Aku memeluknya tak mampu lagi memberi respons, karena aku sudah kelelahan. Aku hanya menutup mataku dan menyerahkan segalanya kepada Handono, apa yang dia inginkan,. Dan aku pun merasakan bagaimana dia melepaskan sperma kentalnya dalam rahimku.

Nafasnya mendesah-desah dan kami terkulai layu.
Cepat dia memakaikan dasterku tanpa bra dan celana dalam, agar tidak masuk angin karena drasnya keringat yang mengucur. Dia juga cepat memakai piyamanya. Dimbimbingnya aku duduk di ruang tamu. Aku duduk dan menyandarkan kepalaku ke dadanya.

"Kami letih sayang..." bisiknya.
"Ya.. aku letih sekali. Tak pernah aku seperti ini. NIkmat sekali. Ya... sejak sekarang, aku adalah isterimu Mas. Au milikmu dan kita menjaga rahasia ini sebaik-baiknya," kataku sembari membenamkan wajahku di dadanya.
"Aku mencintaimu sejak kita remaja. mungkin benih cinta itu sudah tumbuh dalam diriku sejak kecil?" bisknya padaku dengan terasa sangat jujur dan tulus. Gila! Benar-benar Gila! Kenapa ini bisa terjadi. Sebanrnya, aku secara diam-diam mencintai abangku Handono , sejak aku kelas 5 SD. Dan cintaku semakin menggebu-gebu saat aku kelas 3 SMP. Sesungguhnya, aku sangat membenci isteri Handono, Sulastri, karena aku menganggap dialah yang merebut cintaku dari Handono.

Setelah ini semua kuceritakan, hatriku pun jadi lega. Hanodno juga menceritakan, bagaimana dia setiap menyetubuhi isterinya, selalu membayangkan wajahkmu. Kami pun berpelukan dan buat kesepakatan. Setiap selasa- jumat, Handono tidur di rumahku. Setiap Minggu dan hari libur umum, aku tidur di rumahnya. Jika kami sama-sama horny, kami boleh bertemu di luar dan booking hotel. Setelah kesepakatan terjadi, kami masing-masing menelanjangi diri kami dan kami masuk kamar, tidur di bawah selimut.

Kami saling jatuh cinta selaki kami masih kecil dan remaja, tapi kami melampiaskannya setalah kami Sama-sama Tua. Cinta tak pernah datang terlambat. Masa puber tak pernah berhenti. KIni usiaku sudah 55 tahun dan Handono sudah 57 tahun, jangan katakan aku bohong, karean kami masih terus berhubungan sex. Ternyata cinta tak membuat kita menopouse.

Blog, Updated at: 11.32

Kategori

Daftar isi