Sama-sama Mabuk (2)

Mungkin karean letih dan hampir setahun aku tak pernah merasakan bersetubuh, aku pun tertidur pulas. Aku terbangun pukul 09.00 Wib. Saat itu aku melihat Yanto masih pulas tertidur. Setelah mandir dan menyiapkan sarapan, aku kembali tidur malas-malas di sisi Yanto. Aku pun mengingat kembali apa yang sudah terjadi tadi malam. Benarkah Yanto sekarang sudah menjadi suamiku? Apa yang terjadi jika aku menolaknya? Apakah Yanto akan kecewa?


Aku menunggunya terbangun. Aku ingin tau apa yang terjadi jika dia sudah terbangun. Saat aku membuka selimut, aku melihat Yanto dalam keadaan bugil. Bukankah tadi malam dia tidur memakai celana dan baju? Lalu kenapa kini dia jadi bugil. Pertanyaanku terjawab, karean ada lendir sperma di sprei. Berarti tadi malam dalam keadaan tidur pulas, aku disetubuhi oleh Yanto.

Aku membangunkan Yanto dengan alasan sudah siang dan harus mandi dan sarapan. Yanto terbangun dan kuminta dai mandi ke kamar mandi. Dengan guyuran air hangat dia membersihkan dirinya. Dari kamar mandi dia hanya melilitkan handuk di tubuhnya. Senyum dan ucapan selamat paginya demikan merdu.
"Selamat pagi SIlvia sayang..." sapanya. Dia tetap meanggilku Silvia, bukan mama. Itu pertanda, kalau apa yang diucapkannya tadi malam masih dia ingat.
"Aku memaksakan dirikau untuk tersenyum. Dengan celana pendek tanpa pakaian dalam dan kaos oblong longgar dia membimbingku ke meja makan. Aduh... mesra sekali. Kenapa suamiku tak pernah melakukannya selama ini padaku? Kenapa harus Yanto anak kandungku?
Roti yang sudah dipanggang, aku olesi selai dan aku menuangkan treh susu panas ke dalam gelas dan kami sarapabn bersama. Yanto tersenyum manis kepadaku dan terus melepaskan kata-kata indah.
"Pagi ini, kamu canbti sekali sayang..." pujinya. Aku jadi kikuk. Yanto menium rambutku yang baru saja aku shampoo.
"Rambutmu wangiu sekali Silvia..." bisiknya lagi.
"Yan.. kamu harus hatio-hati mengucapkan kata-katamu. Bagaimana kalau ada yang mendengar. Bisa gawat," kataku.
"Aku akan menempatkan ucapanku, saat mana aku harus mengucapkannya," ujarnya. Aku diam saja. Aku masih belum mampu menerima ucapannya yang mesra.
"Silvia... vaginamu nikmat sekali. Sebentar lagi aku ingin merakannya kembali," ucapnya. Aku diam. Dadaku gemuruh. Apa yang harus kulakukan, aku tak mengarti.
"Kamu belajar bersetubuh dari siapa?" t anyaku.
"Dari pelacur. Aku sudah belasan kali melacur," jawabnya jujur.
"Kamu tidak takut AIDS?"
"Aku pakai kondom."
"Kamu tak boleh ke pelacur lagi," aku setengah membentak.
"Untuk apa aku melacutr lagi. Bukankah aku sudah punya isteri yang cantik?"
Yanto memelukku dan menciumiku. Setelah minum teh susu panas, Yanto mengelus-elus dadaku. Leherku dia jilati dan sebelah tangannya mengelus vaginaku dari luar. Aku demikian cepat mengalami libido. Aku mendesah.
"Kamu harus mau menjadi isteriku Silvia," bisiknya.
"Ya... Aku isterimu," kataku. Setelah nmengucapkan kata-kata itu , aku jadi amenyesal. Tapi sudah terlanjur. Biarlah. Dalam hati aku mengatakan dan berteriak kepada Ridwan yang sedang aku gugat cerai. Ke nerakalah kau Ridwan, karena aku sudah mendapatkan penggantimu, anakmu sendiri.

Yanto membopongku ke dalam kamar dan menelentangkan diriku di atas tempat tidur. Satu persatu pakaianku dibukanya sampai aku telanjang bulat. Kemudian dia melepas satu persatu pakaiannya, juga sampai telanjang bulat.
"Sil.. kamu cantik sekali sayang..." Aku tersenyum. Aku merasaka berada di surga, dengan kelembutran tegur sapa anakku yang gagah itu. Tubuhku yang mungil, mungkin membuat aku kelihatan tidak setua usiaku. JIka aku berdiri, ubun-ubunku persis berada di bwah bahu anakku. Berat badanku hanya 48 Kg. Yanto tingginya 176 Cm, kekar dan beroto karean rajin ke fitnes.

"Sil... apakah kamu juga mencintaiku sayang?" Aku mengangguk. Anggukanku pasti dan mantap. Aku berharap Ridwan melihat aku mengangguk.
"Aku butuh jawaban dari mulutmu SIl,"
"Ya... Aku mencintaimu Yanto..." kataku mantap.
"Benarkan aku suamimu, SIl?" tanyanya lagi sembari menjilati pentil tetekku.
"Ya.. Kau suamiku dan aku isterimu," kataku. Ingin aku berteriak sekuat-kuatnya mengucapkan kata-kata itu, agar Ridwan mendengarnya.
LIdah Ridwan sudah berada di liang vaginaku dan klitorisku suadh diisap-isap dan dipermainkannya, membuat aku menggelinjang.
"Anak sayang..." kataku perlahan. Yanto terus menjilati klitorisku, kemudian ujung idahnya dia permainkan di lubang duburku. Ingin rasanya aku menolak kepalanya, tapi aku merasakan sebuah sensasi yang tak pernah kurasakan seumur hidupku. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa.

Yanto naik ke atas tempat tidur. Mulutnya masih menjilati klitorisku, sementara penisnya sudah dia arahkan ke mulutku. Yanto meminta, agar aku memegang penisnya dan menjilatinya. Aku berpikir, Yanto toh sudah menyabuninya, kenapa tidak? Aku pun memasukan penisnya ke dalam mulutkui. Ternyata, aku merasakan sebuah sensasi lain lagi.

Saat Yanto mempermainkan lidahnya di vaginaku dan anusku, aku mulai tak tahan dan menjepit kepalanya dengan kuat dengan kedua kakiku dan aku meremas rambutnya dengan kuat, lalu aku menjerit hebat menumpahkan semua isi tubuhku di dalam vaginaku. Aku pun meregangkan jepitan kakiku dan aku lemas.
Yanto berdiri di tempat tidur dan tersenyum manis kepadaku. Aku membalasnya. Kami sama tersenyum.
"Aku bangga, kamu mampu menikmati kenikmatan ini, Silvia," rayunya.
"Terima kasih, karena aku tak pernah merasakan kenikmatan seperti ini selama hidupku," jawabku berterus terang. Yanto tersenyum dan mengelus remabutku. Aku diperlakukan seperti seorang Balita. Aku bahagia sekali. Kenapa selama ini tak seorangpun memperlakukan aku seperti ini. Kenapa selama ini, tak seorang pun memanjakan diriku?
Yanto myulai lagi mempermainkan lidahnya dalam mulutku dan aku membalasnya dengan kelembutan pula. Yanto mulai pula menindih tubuhku dari atas. Aku seperti tak sabar. Cepat kutangkap penisnya dan kutuntun ke dalam liangku yang sudah basah. Begitu semua sudah tenggelam dan aku merasakan ada beberapa senti tidak masuk ke dalam vaginaku, karean panjangnya penis anakku, aku meminta agar aku diizinkan dari atas. Cepat Yanto membalikan tubuh kami. Sepertinya dia demikian gampang membalaikkan tubuh kami berdua, seperti membalikkan martabak saja. Aku mulai aktif dari atas dan mencari-cari kenikmatanku sampai akhirnya aku menemukan kenikmatan itu dan aku orgasme untuk kedua kalinya. Aku lemas menindih tubuh anakku dari atas. Yanto mengelus-elus rambutku. Aku benar-benar dimanjakannya.

Setelah aku kembali normal. Yanto membalikkan tubuh kami kembali dan dia mulai aktif memompa tubuhku dari atas. Sejak saat itu, kami mulai akrab sebagai "Suami-Isteri" rahasia. Beragai fose kami lakukan. Doggy Style dan sebagainya. Sering pula, akmi melakukannya sembari duduk berdua, dimana aku naik ke tubuh Yanto dengan mengangkanginya.
Kami melakukannya di dapur, di ruang TV, di kamar mandi dimana saja. Ada satu rahasia yang aku perbuat, tanpa setahun Yanto anakku. Saat dia naik gunung bersdama teman-temannya, aku ke rumah sakit dan opname selama tiga hari, untuk menutup peranakanku, agar aku tdak bisa hamil.

Setiap kami betrsetubuh, Yanto selalu membisikiku kata-kata, kalau dia ingin aku melahirkan anaknya. Aku harus merngimbanginya dan mengatakan:" Sayang, aku juga ingin kau hamili. Hamiluilah aku sayang, agar kita punya anak," kataku. Bahkan ketika sarapan pagi aku mengatakan kepada Yanto, kalau aku sangat menginginkan memiliki anak dari spermanya. Biasanya Yanto akan tersenyum dan semakitnya menggebu-gebu ingin menyetubuhiku.
Karena tyak hamil-hamil, aku mengatakan padanya, mungkin spermanya muda, karean terlalu seirng bersetubuh. Bagaimana kalau berzsetubu itu hanya dua kali dalam seminggu, ta[pi persetubuhan yang berkualitas dengan sperma yang banyak? Yanto setuju. Hingga kami membuat jadwal dua kali seminggu bersetubuh, awalau sering juga kami langgar. Terkadang Yanto yang tak mampu menahan gejolak nafsunya, tetapi aku juga tak jarang lebih dahulu meminta untuk disetubuhi.
Jika diluar kami selalu memperlihatkan kami ibu dan anak. JIka bedua, di rumah atau di dalam mobil, kami saling memanggil nama dan saling memanjakan.

Ketika Yanto harus menikah dan tinggal di rumah mungil yang aku berlikan untuknya, dan walau usiaku sudah 53 tahun, kami selalu SMS atau bicara vila HP. Kami selalu melakukannya di rumah atau di hotel. Menurut Yanto, dia menikah hanya membnginginkan anak, bukan menginginkan kenikmatan, karean dia tak pernah merasakan nikmat dengan perempuan mana pun kecuali denganku

Blog, Updated at: 11.16

Kategori

Daftar isi